BAB III
MODUL SERTIFIKASI GURU ALQURAN METODE UMMI
VISI-MISI DAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
METODE UMMI
A.
KILAS BALIK
Kebutuhan
sekolah dan madrasah terhadap pengajaran Alquran yang baik, dirasa semakin lama
semakin banyak. Hal yang patut kita syukuri, akan tetapi kebutuhan tersebut
belum diimbangi dengan tersedianya sumber daya manusia (SDM) pengajar Alquran
yang memiliki kompetensi dan komitmen di bidang pembelajaran Alquran yang
memadai. Oleh karena itu, Ummi Foundation ingin berkontribusi dengan
semangat fastabiqul khoirât dalam memberi solusi terhadap problem
kualitas bagi sekolah, madrasah, dan TPQ pada pembelajaran Alquran mereka
melalui program standarisasi guru Alquran atau program diklat guru Alquran agar
pembelajaran Alquran di masya-rakat semakin berkualitas.
Pembelajaran
membaca Alquran yang baik membutuhkan sebuah sistem yang mampu menjamin mutu
setiap anak atau orang yang belajar membaca Alquran agar cepat dan mudah
membaca Alquran secara tartil. Dan sebagaimana halnya program pembelajaran yang
lainnya bahwa dalam pembelajaran Alquran juga membutuhkan pengembangan, baik
dari segi konten, konteks maupun support system-nya.
Dalam
mewujudkan hal di atas, Ummi Foundation membangun sebuah sistem mutu
pembelajaran Alquran dengan melakukan standardisasi input, proses, dan output-nya.
Keseluruhan dari standar-disasi tersebut terangkum dalam 7 (tujuh) Program
Dasar Ummi yang meliputi tashih, tahsin, sertifikasi, coach, supervisi,
munaqasyah, dan khataman.
Sertifikasi
adalah salah satu dari tujuh program dasar tersebut yang menjadi syarat mutlak
seorang guru yang akan mengajar Metode Ummi. Tanpa sertifikasi guru, buku Ummi
menjadi tidak berarti apa-apa dan kehilangan kekuatan sebagai metode yang
mudah, cepat, dan berkualitas, serta kehilangan ruh sebagai metode yang
menyenangkan dan menyentuh hati.
B.
MOTO
Ada tiga moto
Metode Ummi dan setiap guru pengajar Alquran Metode Ummi hendaknya memegang
teguh 3 moto ini, yaitu
1.
Mudah,
2.
Menyenangkan,
3.
Menyentuh Hati.
Dengan
pengertian sebagai berikut.
1.
Mudah, Metode Ummi
didesain untuk mudah dipelajari bagi siswa, mudah diajarkan bagi guru dan mudah
diimple-mentasikan dalam pembelajaran di sekolah formal maupun lembaga non
formal.
2.
Menyenangkan, Metode Ummi
dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang menarik dan menggunakan
pendekatan yang menggembirakan sehingga menghapus kesan tertekan dan rasa takut
belajar Alquran.
3.
Menyentuh Hati, para guru
yang mengajarkan Metode Ummi tidak sekedar memberikan pembelajaran Alquran
secara material teoritik, tetapi juga menyampaikan subtansi akhlak-akhlak
Alquran yang diimplementasikan dalam sikap-sikap pada saat proses belajar
mengajar berlangsung.
C.
VISI
Visi Ummi
Foundation adalah menjadi lembaga terdepan dalam melahirkan generasi
qur’ani. Ummi Foundation bercita-cita menjadi percontohan bagi
lembaga-lembaga yang mempunyai visi yang sama dalam mengembangkan pembelajaran
Alquran yang mengedepankan pada kualitas dan kekuatan sistem.
D.
MISI
1.
Mewujudkan lembaga profesional
dalam pengajaran Alquran yang berbasis sosial dan dakwah.
2.
Membangun sistem manajemen
pembelajaran Alquran yang berbasis pada mutu.
3.
Menjadi pusat pengembangan
pembelajaran dan dakwah Alquran pada masyarakat.
E.
MENGAPA
BERNAMA UMMI?
1.
Ummi bermakna ‘ibuku’ (berasal
dari bahasa Arab dari kata ummun dengan tambahan ya’ mutakallim).
2.
Menghormati dan mengingat jasa
ibu. Tiada orang yang paling berjasa pada kita semua kecuali orang tua kita,
terutama ibu. Ibulah yang telah mengajarkan banyak hal kepada kita, juga
mengajarkan bahasa pada kita dan orang yang paling sukses mengajarkan bahasa di
dunia ini adalah ibu kita. Semua anak pada usia 5 tahun bisa berbicara bahasa
ibunya.
3.
Pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran Alquran Metode Ummi adalah pendekatan bahasa ibu, dan pada
hakikatnya pendekatan bahasa ibu itu ada 3 unsur:
a.
Direct Method (Metode
Langsung)
Yaitu langsung dibaca tanpa
dieja/diurai atau tidak banyak penjelasan. Dengan kata lain learning by
doing, ‘belajar dengan melakukan secara langsung’.
b.
Repetition
(Diulang-ulang)
Bacaan Alquran akan semakin kelihatan
keindahan, kekuatan, dan kemudahannya ketika kita mengulang-ulang ayat atau
surat dalam Alquran. Begitu pula seorang ibu dalam meng-ajarkan bahasa kepada
anaknya. Kekuatan, keindahan, dan kemudahannya dengan mengulang-ulang kata atau
kalimat dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda.
c.
Kasih Sayang yang Tulus (Sincere
Affection)
Kekuatan cinta, kasih sayang yang
tulus, dan kesabaran seorang ibu dalam mendidik anak adalah kunci
kesuksesannya. Demi-kian juga seorang guru yang mengajar Alquran, jika ingin
sukses hendaknya meneladani seorang ibu agar guru juga dapat menyentuh hati
siswa mereka.
F.
KEKUATAN
METODE UMMI
Metode Ummi
tidak hanya mengandalkan kekuatan buku yang digunakan anak dalam belajar
Alquran, tetapi lebih pada 3 kekuatan utama:
1. Metode
yang Bermutu (Buku Belajar Membaca Alquran Metode Ummi)
Terdiri
dari buku Pra TK, Jilid 1—6, buku Ummi Remaja/Dewasa, Ghorib Alquran,
Tajwid Dasar beserta alat peraga dan metodologi pembelajaran.
2. Guru
yang Bermutu
Semua
guru yang mengajar Alquran Metode Ummi diwajibkan minimal melalui tiga tahapan,
yaitu tashih, tahsin, dan sertifikasi guru Alquran. Kualifikasi
guru yang diharapkan Metode Ummi adalah sebagai berikut.
a.
Tartil baca Alquran (lulus
tashih Metode Ummi);
b.
Menguasai Gharā’ibul Qur’ān dan
Tajwid Dasar, yaitu seorang guru Alquran diharapkan mampu membaca Gharā’ibul
Qur’ān dengan baik dan menguasai komentarnya serta mampu menghafal teori
ilmu tajwid dasar dan menguraikan ilmu tajwid dalam ayat Alquran.
c.
Terbiasa baca Alquran setiap
hari.
d.
Menguasai metodologi Ummi,
yaitu guru Alquran Metode Ummi harus menguasai metodologi atau cara mengajarkan
pokok bahasan yang ada di semua jilid Ummi.
e.
Berjiwa dai dan murobbi,
guru tidak hanya sekedar mengajar atau mentransfer ilmu, tetapi guru Alquran
hendaknya bisa menjadi pendidik bagi siswa untuk generasi qur’ani.
f.
Disiplin waktu, guru Alquran
hendaknya terbiasa dengan tepat waktu di setiap aktivitasnya.
g.
Komitmen pada mutu, guru
Alquran Metode Ummi senantiasa menjaga mutu di setiap pembelajarannya.
3. Sistem
Berbasis Mutu
Sistem
berbasis mutu di Metode Ummi dikenal dengan 10 pilar sistem mutu. Untuk
mencapai hasil yang berkualitas, semua pengguna Metode Ummi dipastikan
menerapkan 10 pilar sistem mutu Ummi. Antara pilar satu dengan yang lain adalah
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dalam implementasinya.
Sepuluh
pilar sistem mutu Metode Ummi adalah sebagai berikut.
(1)
Goodwill Manajemen;
(2)
Sertifikasi Guru;
(3)
Tahapan yang Baik dan Benar;
(4)
Target Jelas dan Terukur;
(5)
Koordinator yang Handal.
(6)
Mastery Learning yang
Konsisten;
(7)
Waktu Memadai;
(8)
Quality Control yang
intensif;
(9)
Rasio Guru dan Siswa yang
Proporsional;
(10)
Progress Report Setiap Siswa;
Adapun
penjelasan tentang 10 pilar sistem mutu Ummi adalah sebagai berikut.
(1)
Goodwill
Manajemen
Goodwill
Manajemen adalah dukungan dari pengelola, pimpinan, kepala sekolah/TPQ terhadap
pembelajaran Alquran dan penerapan sistem Ummi di sebuah lembaga. Dukungan itu
antara lain:
a.
Support pada pengembangan
kurikulum,
b.
Support pada ketersediaan
sumber daya manusia (SDM),
c.
Support pada kesejahteraan
guru,
d.
Support pada sarana dan
prasarana yang menunjang proses kegiatan belajar mengajar (KBM).
(2)
Sertifikasi
Guru
Sertifikasi
guru adalah pembekalan metodologi dan manajemen pembelajaran Alquran Metode
Ummi. Sertifikasi guru Alquran merupakan standar dasar yang dimiliki oleh guru
pengajar Alquran Metode Ummi. Program ini dilakukan sebagai upaya standarisasi
mutu pada setiap guru pengajar Alquran Metode Ummi. Sertifikasi guru ini
dilaksanakan dengan syarat-syarat sebagai berikut.
a.
Diikuti oleh para guru/calon
guru pengajar Alquran yang telah lulus tashih Metode Ummi;
b.
Dilaksanakan selama 3 (tiga)
hari dengan jadwal yang telah ditetapkan;
c.
Dilatih oleh trainer
Ummi yang telah direkomendasi oleh Ummi Foundation melalui surat keputusan
(SK);
d.
Peserta sertifikasi bersedia
menjalankan program dasar lanjutan pascasertifikasi, yaitu coach
(magang) dan supervisi.
Program dasar
sertifikasi ini menunjukkan bahwa hanya guru yang berkelayakan saja yang
diperbolehkan mengajar Alquran Metode Ummi.
(3)
Tahapan yang
Baik dan Benar
Secara umum, proses
belajar mengajar membutuhkan prosedur, tahapan, dan proses yang baik dan benar
yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran atau bidang studi yang
diajarkan agar tujuan pembelajaran tercapai. Demikian pula, dalam pembelajaran
Alquran Metode Ummi juga membutuhkan tahapan yang baik dan benar. Mengajar anak
usia SD, perlakuannya tentu berbeda dengan anak usia SMP dan tahapan mengajar
Alquran yang baik adalah yang sesuai dengan problem kemampuan orang dalam
membaca Alquran.
(4)
Target Jelas
dan Terukur
Segala sesuatu
yang sudah ditetapkan sasaran dan targetnya akan lebih mudah melihat
ketercapaian indikator keberhasilannya. Dalam pembelajaran Alquran
Metode Ummi, telah ditetapkan target standar yang hendaknya diikuti oleh
seluruh lembaga pengguna Metode Ummi karena dari ketercapaian target tersebut
dapat dilihat, apakah lembaga pengguna Metode Ummi itu dapat menjalankan
prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan oleh Ummi Foundation atau
tidak.
Penetapan
target juga penting untuk melakukan evaluasi dan untuk selanjutnya, melakukan
dan mengembangkan treatment tindak lanjut hasil pengamatan dalam
evaluasi tersebut.
Target standar
yang ditetapkan Ummi Foundation dapat dilihat pada lampiran Modul
Sertifikasi Metode Ummi.
(5)
Mastery
Learning yang Konsisten
Sesuai dengan
karakteristik guru pengajar Alquran Metode Ummi yang mempunyai komitmen pada
mutu maka semua guru pengajar Alquran Metode Ummi tetap harus menjaga
konsistensi mastery learning atau ketuntasan belajar karena ketuntasan
belajar materi sebelumnya akan mem-pengaruhi keberhasilan ketuntasan belajar
materi sesudahnya.
Prinsip dasar
dalam mastery learning adalah bahwa siswa hanya boleh melanjutkan ke jilid
berikutnya jika jilid sebe-lumnya sudah benar-benar baik dan lancar.
(6)
Waktu Memadai
Dalam proses pembelajaran
Alquran, dibutuhkan waktu yang memadai karena belajar Alquran membutuhkan
keterampilan untuk melatih skill dalam membaca Alquran dengan baik dan
benar (tartil). Semakin banyak diulang dan dilatih, semakin terampil pula dalam
membaca Alquran.
Dalam
pembelajaran Alquran Metode Ummi, yang dimaksud dengan waktu yang memadai
adalah waktu yang dihitung dalam satuan jam tatap muka (60 s.d. 90 menit per
tatap muka) dan waktu tatap muka per pekan (5—6 TM/pekan).
(7)
Quality
Control yang Intensif
Untuk dapat
menjaga dan mempertahankan kualitas, dibutuhkan adanya quality control
(kontrol kualitas) terhadap proses maupun hasil dari produk yang hendak
dicapai. Begitu pula dalam menjaga dan mempertahankan kualitas pengajaran
Alquran, dibutuhkan adanya quality control yang intensif. Dalam
pembelajaran Alquran Metode Ummi, ada 2 jenis quality control, yaitu internal
control dan external control.
a.
Quality control internal dilakukan
oleh koordinator pembelajaran Alquran di sebuah sekolah atau kepala TPQ.
Prinsip pelaksanaan quality control pada bagian ini adalah hanya ada satu atau
maksimal dua orang di satu sekolah/satu TPQ yang berhak untuk merekomendasikan
kenaikan jilid seorang siswa. Hal ini dilakukan sebagai upaya standarisasi
pembelajaran Alquran Metode Ummi di sekolah/TPQ tersebut.
b.
Quality control external hanya dapat
dilakukan oleh Tim Ummi Foundation atau beberapa orang yang direkomen-dasikan
oleh Ummi Foundation untuk melihat langsung kualitas hasil produk
pembelajaran Alquran Metode Ummi di sekolah atau TPQ. Quality control
external ini dikemas dengan program munaqasyah.
(8)
Rasio Guru dan
Siswa yang Proporsional
Capaian tujuan
pembelajaran yang berkualitas, salah satunya dipengaruhi oleh faktor komunikasi
dan interaksi yang efektif. Sementara itu, komunikasi dan interaksi yang
efektif akan dipengaruhi oleh perbandingan guru dan siswa.
Dalam
pembelajaran Alquran Metode Ummi, hal ini sangat diperlukan karena pembelajaran
membaca Alquran adalah bagian dari pembelajaran bahasa dan keberhasilan
pembelajaran bahasa sangat dipengaruhi oleh kekuatan interaksi antara guru dan
siswa. Di samping itu, belajar bahasa sangat membutuhkan lati-han yang cukup
untuk menghasilkan skill. Hal ini tidak akan tercapai jika perbandingan
jumlah guru dan siswa tidak proporsional.
Perbandingan
jumlah guru dan siswa proporsional ideal menurut standar yang diterapkan pada
pembelajaran Alquran Metode Ummi adalah 1:10—15. Artinya, satu orang guru
maksimal akan mengajar pada 10 sampai dengan 15 siswa, tidak lebih.
(9)
Progress
Report Setiap Siswa
Progress
report
diperlukan sebagai bentuk laporan perkembangan hasil belajar siswa. Progress
report dibagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan kepentingan
masing-masing, bahkan progress report bisa digunakan sebagai sarana
komunikasi dan evaluasi hasil belajar siswa.
a.
Progress report dari guru
pada koordinator pembelajaran Alquran/kepala TPQ bertujuan untuk mengetahui
frekuensi kehadiran siswa, kontrol keaktifan guru mengajar, dan perkembangan
kemampuan siswa dari halaman ke halaman berikutnya.
b.
Progress report dari guru
pada orang tua siswa bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan perkembangan
kemampuan siswa dari halaman semula ke halaman berikutnya dan dari jilid semula
ke jilid berikutnya.
c.
Progress report dari
koordinator pembelajaran Alquran pada kepala sekolah (khusus untuk pengguna
Ummi pada sekolah formal) bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar
siswa secara klasikal maupun individual. Pola ini juga dapat dimanfaatkan sebagai
laporan perkembangan kemampuan mengajar guru kepada kepala sekolah.
d.
Progress report dari
koordinator/kepala TPQ pada Pengurus Ummi Daerah atau Ummi Foundation
bertujuan untuk mengetahui perkembangan jumlah pengguna dan untuk kontrol
layanan distribusi buku dan alat peraga.
Dari hasil
progress report tersebut, akan lebih mudah jika dilakukan tindakan dan
pengambilan keputusan strategis jika terdapat masalah.
(10) Koordinator
yang Handal
Pengalaman
dari banyak lembaga pendidikan menun-jukkan bahwa koordinator Alquran sangat
menentukan keberhasilan pembelajaran Alquran di lembaga tersebut. Pembelajaran
Alquran yang hasilnya baik hampir dapat dipastikan bahwa koordinatornya juga
baik atau handal dan sebaliknya banyak masalah mutu dalam pembelajaran Alquran
yang sumber masalahnya adalah dari kurang berfungsinya koordinator. Jadi,
koordinator yang handal adalah salah satu pilar kunci yang mempengaruhi
optimalisasi fungsi pilar-pilar mutu lainnya.
G.
MODEL
PEMBELAJARAN METODE UMMI
Di antara
spesifikasi metodologi Ummi adalah penggunaan model pembelajaran yang
memungkinkan pengelolaan kelas yang sangat kondusif sehingga terjadi integrasi pembelajaran
Alquran yang tidak hanya menekan ranah kognitif. Metodologi tersebut dibagi
menjadi 4 (empat), yaitu
1.
Privat/Individual,
2.
Klasikal Individual,
3.
Klasikal Baca Simak,
4.
Klasikal Baca Simak Murni.
Penjelasan 4
metodologi tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Privat/Individual
Metodologi privat
atau individual adalah metodologi pembelajaran Alquran yang dijalankan
dengan cara murid dipanggil atau diajari satu per satu sementara anak yang lain
diberi tugas membaca sendiri atau menulis buku Ummi. Metodologi ini digunakan
jika
a.
jumlah muridnya banyak
(bervariasi) sementara gurunya hanya satu;
b.
jika jilid dan halamannya
berbeda (campur);
c.
biasanya dipakai untuk jilid
rendah (jilid 1 dan jilid 2);
d.
banyak dipakai untuk anak usia
TK.
2.
Klasikal
Individual
Metodologi klasikal
individual adalah sebuah metode pembelajaran baca Alquran yang dijalankan
dengan cara membaca bersama-sama halaman yang ditentukan oleh guru.
Selanjutnya, setelah dianggap tuntas oleh guru, pembelajaran dilanjutkan dengan
individual. Metodologi ini digunakan jika
a.
dalam satu kelompok jilidnya
sama, halamanya beda;
b.
biasanya dipakai untuk jilid 2
atau jilid 3 ke atas.
3.
Klasikal Baca
Simak
Metodologi klasikal
baca simak adalah sebuah metode pembelajaran baca Alquran yang dijalankan
dengan cara membaca bersama-sama halaman yang ditentukan oleh guru.
Selanjutnya, setelah dianggap tuntas oleh guru, pembelajaran dilanjutkan dengan
pola baca simak, yaitu satu anak membaca sementara lainnya menyimak halaman
yang dibaca oleh temannya. Hal ini dilakukan walaupun halaman baca anak yang
satu berbeda dengan halaman baca anak yang lain. Metode ini digunakan jika
a.
dalam satu kelompok jilidnya
sama, halaman berbeda;
b.
biasanya banyak dipakai untuk
jilid 3 ke atas atau pengajaran kelas Alquran.
4.
Klasikal Baca
Simak Murni
Metode baca
simak murni sama dengan metode klasikal baca simak. Perbedaannya,
kalau klasikal baca simak murni jilid dan halaman anak dalam satu
kelompok sama.
H.
TAHAPAN PEMBELAJARAN
METODE UMMI
Tahapan-tahapan
pembelajaran Alquran Metode Ummi merupakan langkah-langkah mengajar Alquran
yang harus dilakukan seorang guru dalam proses belajar mengajar. Tahapan-tahapan
mengajar Alquran ini harus dijalankan secara berurutan sesuai dengan
hierarkinya.
Tahapan-tahapan
pembelajaran Alquran Metode Ummi dijabarkan sebagai berikut.
1.
Pembukaan,
2.
Apersepsi,
3.
Penanaman konsep,
4.
Pemahaman konsep,
5.
Latihan/keterampilan,
6.
Evaluasi,
7.
Penutup.
Keterangan
1.
Pembukaan adalah
kegiatan pengondisian para siswa untuk siap belajar, dilanjutkan dengan salam
pembuka dan membaca doa pembuka belajar Alquran bersama-sama.
2.
Apersepsi adalah
mengulang kembali materi yang telah diajarkan sebelumnya untuk dapat dikaitkan
dengan materi yang akan diajarkan pada hari ini.
3.
Penanaman konsep adalah proses
menjelaskan materi/pokok bahasan yang akan diajarkan pada hari ini.
4.
Pemahaman adalah
memahamkan kepada anak terhadap konsep yang telah diajarkan dengan cara melatih
anak untuk membaca contoh-contoh yang tertulis di bawah pokok bahasan.
5.
Keterampilan/latihan adalah
melancarkan bacaan anak dengan cara mengulang-ulang contoh atau latihan yang
ada pada halaman pokok bahasan dan halaman latihan.
6.
Evaluasi adalah
pengamatan sekaligus penilaian melalui Buku Prestasi terhadap kemampuan
dan kualitas bacaan anak satu per satu.
7.
Penutup adalah
pengondisian anak untuk tetap tertib kemudian membaca doa penutup dan diakhiri
dengan salam penutup dari ustaz dan ustazah.
I.
PEMBAGIAN
WAKTU PEMBELAJARAN METODE UMMI
1. |
Pembagian
waktu pembelajaran Alquran Metode Ummi di sekolah jilid 1—6 dan Alquran (60’) |
|
·
5’ Pembukaan (salam, doa
pembuka, dll.); ·
10’ Hafalan surat-surat
pendek (Juz Amma) sesuai target; ·
10’ Klasikal (dengan alat
peraga); ·
30’ Individual/Baca Simak/Baca
Simak Murni; ·
5’ Penutup (drill dan
doa penutup). |
2. |
Pembagian
waktu pembelajaran Alquran Metode Ummi di sekolah jilid Gharīb dan Tajwid
Dasar (60’) |
|
·
5’ Pembukaan (salam, doa
pembuka, dll.); ·
10’ Hafalan surat-surat
pendek (Juz Amma) sesuai target; ·
20’ Materi Ghorib/Tajwid
(dengan alat peraga dan buku); ·
20’ Tadarus Alquran (Baca
Simak Murni); ·
5’ Penutup (drill dan
doa penutup). |
3. |
Pembagian
waktu pembelajaran Alquran Metode Ummi di TKQ/TPQ jilid 1—6 dan Alquran (90’) |
|
·
5’ Pembukaan (salam, doa
pembuka, dll.); ·
10’ Hafalan surat-surat
pendek (Juz Amma) sesuai target; ·
10’ Klasikal (dengan alat
peraga); ·
30’ Individual/Baca
Simak/Baca Simak Murni; ·
30’ Materi tambahan (hafalan
doa sehari-hari, wudu, salat, fikih, akidah, akhlak, menulis, dll.); ·
5’ Penutup (drill dan
doa penutup). |
4. |
Pembagian
waktu pembelajaran Alquran Metode Ummi di TKQ/TPQ jilid Gharīb dan Tajwid
Dasar (90’) |
|
·
5’ Pembukaan (salam, doa
pembuka, dll.); ·
10’ Hafalan surat-surat
pendek (Juz Amma) sesuai target; ·
20’ Materi Ghorib/Tajwid
(dengan alat peraga dan buku); ·
20’ Tadarus Alquran (Baca
Simak Murni); ·
30’ Materi tambahan (hafalan
doa sehari-hari, wudu, salat, fikih, akidah, akhlak, menulis, dll.); ·
5’ Penutup (drill dan
doa penutup). |
5. |
Pembagian
waktu mengajar untuk tingkat 12—14 (Tahfidz Juz 29)= 70 menit |
|
·
5’ Pembukaan (salam, doa
pembuka, dll.); ·
45’ Tahfidz Juz 29 sesuai
target (dengan sistem setor atau sistem jama’i); ·
10’ Tadarus Alquran dengan
Klasikal Baca Simak Murni; ·
5’ Penutup (drill dan
doa penutup) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar